1. Horja Siriaon (Upacara Adat Perkawinan). Dalam adat istiadat perkawinan di masyarakat Mandailing dikenal dengan nama perkawinan manjujur, bersifateksogami patriarchat; artinya dimana setelah perkawinan pihak wanita meninggalkan clannya dan masuk ke clan suaminya dan suaminya menjadi kepala keluarga dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu akan mengikuti clan (marga) Bapaknya. Idealnya perkawinan adat masyarakat Mandailing adalah antara anak namboru dengan boru tulangnya.
Jujur maksudnya untuk menjaga keseimbangan dari pihak keluarga wanita atas hilangnya seorang anggota keluarganya yang masuk menjadi anggota keluarga suami. Pada dasarnya benda yang akan diberikan sebagai Jujur adalah berupa Sere atau mas kawin dan istilah menyerahkan Uang Jujur itu disebut Manulak Sere yang berarti untuk masa sekarang sebagai bantuan untuk melengkapi keperluan pihak gadis untuk barang bawaannya ataupun untuk tambahan biaya pesta. Dalam proses Manulak Sere ( memberi emas ) maka pihak laki-laki membawa Batang Boban yang telah disepakati sebelumnya kerumah pihak perempuan. Ada yang bilang bahwa biaya perkawinan di tanah Mandailing sangat mahal. Sebenarnya kalau di daerah lain seperti di Pulau Jawa, calon istri hanya diberi mahar seperangkat alat sholat.
Jujur maksudnya untuk menjaga keseimbangan dari pihak keluarga wanita atas hilangnya seorang anggota keluarganya yang masuk menjadi anggota keluarga suami. Pada dasarnya benda yang akan diberikan sebagai Jujur adalah berupa Sere atau mas kawin dan istilah menyerahkan Uang Jujur itu disebut Manulak Sere yang berarti untuk masa sekarang sebagai bantuan untuk melengkapi keperluan pihak gadis untuk barang bawaannya ataupun untuk tambahan biaya pesta. Dalam proses Manulak Sere ( memberi emas ) maka pihak laki-laki membawa Batang Boban yang telah disepakati sebelumnya kerumah pihak perempuan. Ada yang bilang bahwa biaya perkawinan di tanah Mandailing sangat mahal. Sebenarnya kalau di daerah lain seperti di Pulau Jawa, calon istri hanya diberi mahar seperangkat alat sholat.
Tapi kalau di daerah Mandailing, sempat mencapai rata-rata 15 juta untuk biaya satu perkawinan. Saya seorang turunan Minang, Mandailing dan Batak, yang sudah membaur dengan adat Mandailing, merasa biaya perkawinan seperti ini bukan sesuatu yang menyulitkan. Sebab mahar yang disediakan pengantin untuk mempelai wanita, sebenarnya hanya untuk kepentingan mereka juga. Misalnya bila mahar yang disetujui sebesar 15 juta. Uang itu akan dipergunakan untuk membeli tempat tidur buat calon mempelai, lemari, kasur, bantal, peralatan dapur, pakaian calon istri, pokoknya semuanya untuk kebutuhan mereka juga. Sedangkan bagi adat lain, walaupun ia hanya menyediakan seperangkat alat sholat, tapi setelah menikah, tentu ia masih harus membeli semua keperluan diatas. Jadi kalau dijumlah dengan jumlah uang yang dibutuhkan untuk membeli semua yang dibeli belakangan itu, akan berjumlah sama juga pada akhirnya. Jadi jumlahnya akan menjadi sama mahalnya. Cuma saja dalam adat Mandailing, semua itu akan dianggap merupakan mahar pada calon istri. Begitulah kira-kira mengenai penggunaan mahar pada suku Mandailing di Mandailing Natal Sumatera Utara. Tapi pembaca jangan takut bila tidak bisa menyediakan uang sebanyak itu. Sebenarnya uang mahar 15 juta tadi bukanlah harga pasti. Masih ada nego dalam pembahasan uang mahar atau tuor ini. Kadang kalau si laki-laki hanya punya uang 10 juta atau 5 juta, juga masih bisa dilaksanakan perkawinan ini sesuai adat bija kedua belah pihak sama-sama menyetujui. Bahkan ada yang hanya punya uang 5 juta atau 1 juta, toh perkawinan akhirnya terlaksana juga. Dan yang paling luar biasa menurut pengalaman saya adalah kisah perkawinan paman saya dengan istrinya. Maharnya hanya sehelai baju yang ia pakai.
Tapi tentu harus melalui perjuangan panjang untuk karena ketiadaan uang ini. Sekian. Di lain waktu akan saya lanjutkan bila ada waktu. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing,jika perkawinan tersebut dikategorikan sebagai horja godang, panaek gondang sendiri dalam arti bahasa indonesia nya , panaek artinya menaikkan , Gondang artinya gendang atau drum , maka panaek gondang adalah menaikkan atau memainkan alat musik gendang , yaitu yang dikenal dengan nama gordang sembilan. Panaek gondang merupakan satu hal yang sangat penting dilakukan, karena hal ini sangat terkait dengan adat. Sebab dalam masyarakat Mandailing adat merupakan salah satu atau merupakan tujuan hidup yang harus dilakukan oleh masyarakat Mandailing. Karena panaek gondang merupakan bagian acara dalam perkawinan adat Mandailing, upacara perkawinan mesti pula dideskripsikan. Hal apa yang membuat bahwa panaek gondang ini penting untuk dikaji karena budaya musikal panaek gondang ini merupakan satu eksistensi atau kepentingan yang sangat signifikan di dalam tradisi Mandailing. Oleh karena itu, melihat panaek gondang diberbagai sisi bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas bagaimana maksud falsafah hidup masyarakat Mandailing terutama di dalam adat perkawinan Alasan lain mengapa panaek gondang tersebut penting dibicarakan karena ada hal-hal yang harus diikuti secara kronologisyaitu pelaksanaan panaek gondang dari awal hingga akhir.
Post a Comment