Profil Suku Batak Mandailing : Marganya


1.     Sejarah singkat suku batak mandailing
          Suku batak mandailing merupakan nama suku bangsa yang mendiami kabupaten Mandailing Natal,Kabupaten Padang Lawas,Kabupaten Padang Lawas Utara,dan sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan,Sumatera Utara.
Nama suku mandailing berasal dari kata Mandailing atau Mandahiling yang diperkirakan berasal dari kata Mandala dan Holing yang berarti sebuah wilayah Kerajaan Kalinga. Kerajaan India tersebut diperkirakan telah membentuk koloni mereka sejak abad ke-12,yang terbentang dari portibi hingga pidoli. Dalam bahasa Minangkabau,Mandailing diartikan sebagai mande hilang yang bermaksud ‘ibu yang hilang’’. Oleh karenanya ada pula anggapan yang menyatakan bahwa masyarakat Mandailing berasal dari kerajaan pagaruyung di Minangkabau.

 2.Adat Istiadat
          Adat istiadat suku Mandailing diatur dalam surat Tumbaga Holing (Serat Tenbaga Kalinga),yang selalu dibacakan dalam upacara-upacara adat. Orang Mandailing mengenal tulisan yang dinamakan Aksara Tulak-Tulak,yang merupakan varian dari aksara Proto-Sumatera,yang berasal dari huruf pallawa,bentuknya tak berbeda dengan Aksara Minangkabau,Aksara Rencong dari Aceh,Aksara Sunda Kuna,dan AksaraNusantara lainnya. Meskipun Suku Mandailing mempunyai aksara yang dinamakan urup tulak-tulak dan dipergunakan untuk menulis kitab-kitab kuno yang disebut pustaha (pustaka). Namun amat sulit menemukan catatan sejarah mengenai Mandailing sebelum abad ke-19. Umumnya pustaka-pustaka ini berisi catatan pengobatan tradisional,ilmu-ilmu gaib,ramalan-ramalan tentang waktu yang baik dan buruk serta ramalan mimpi.

3. Kekerabatan
          Suku Mandailing sendiri mengenal paham kekerabatan,baik patrilineal maupun matrilineal. Dalam system patrilineal,orang Mandailing mengenal marga. Di Mandailing hanya dikenal belasan marga saja,antara lain lubis,nasution,harahap,pulungan,batubara,parinduri,lintang,hasibuan,rambe,dalimunthe,rangkuti,tanjung,mardia,daulay,matondang,dan hutasuhut.



:MARGA MANDAILING DAN MARGA :

          Perkataan marga di mandailing atau mandahiling bias berarti clanitu asalnya dari bahasa sanskrit,varga yaitu warga atau warna,ditambah imbuhan ma atau mar,menjadi mavarga atau marvarga,artinya berwarga,dan disingkat menjadi marga. Marga itu sendiri bermakna kelompok atau puak orang yang berasal dari satu keturunan atau satu dusun. Marga juga bisa berasal dari singkatan’naMA keluaRGA’.

1. Asal usul

          Penelitian silsilah marga lubis,yang terbagi menjadi 2,yaitu lubis singengu(keturunan silangkitang)di kotanopan dan lubis singasoro(keturunan sibaitang) di pakantan,beserta harahap(keturunan sutan bugis) danhutasuhut(keturunan sutan borayun) di angkola,merupakan keturunan Namora pande bosi. Marga itu mulai tinggal di mandailing julu dan mandailing jae(angkola) pada kurunabad ke-16,keturunan raden patah gelar angin bugis dari majapahit.
          Sementara marga nasutionsibaroar yang berada di mandailing godang merupakan keturunan si baroar gelar sutan(sultan) di aru,dan marga-marga nasution lainnya antara laing nasution panyabungan,tambangan,borotan,lantat,jior,tonga,dolok,maga,pidoli,dan lain-lain berdasarkan nama dusun masing-masing.
         Umumnya marga-marga di mandailing kisah asal usulnya tidak menunjukan berasal dari toba,seperti opini yang ditebarkan. Antara lain batubara,daulae,dan matondang yang berasal dari satu nenek moyang. Tokoh nenek moyang ketiga marga tersebut menurut kisahnya dua orang bersaudara,yakni parmato sopiak dan datu bitcu rayo. Sekitar tahun 1560 M,keduanya bersama rombongan berangkat dari batubara,tanjung balaimenuju kawasan barumun. Di tempat itu,mereka mendirikan kampong bernama binabo,dan disitulah parmato sopiak meninggal dunia. Kemudian hari,dua putra parmato sopiak yang bernama si lae dan si tondang  bersama pengikut mereka pindah ke mandailing godang,dan mendirikan kampung bernama pintu padang, Disitulah keturunan mereka berkembang dan bermarga daulae dan matondang. Datu bitcu rayo kemudian berpindah,dan mendirikan kampong pagaran tonga, Di tempat itu keturunannya berkembang menjadi marga batubara.
         Orang-orang mandailing bermarga rangkuti dan pecahannyamarga parinduri,juga tidak mendukung pendapat,yang menyatakan mereka berasal dari toba,tidak Marmora(punya hubungan kerabat mertua) dan tidak maranak boru(punya hubungan kerabat bermenantu) ke tanah batak. Sebab menurut penuturan yang dihimpundari orang-orang tua di mandailing dan disesuaikan pula dengan tarombomarga rangkuti,bahwaompu parsadaan rangkuti(nenek moyang orang-orang bermarga rangkuti) di runding,bernama mangaraja sutan pane,yang pada kira-kira abad keXI datang dari ulu panai membuka huta rundingdan mendirikan kerajaan disana. Kerajaan tersebut berhadapan dengan harajoan(kerajaan) pulungan di hutabargot di kaki tor(gunung) dolok sigantang di seberang sungai batang gadis kira-kira 16 km dari panyabungan. Versi lain pula mengatakan bahwa nenek moyang orang mandailing bermarga rangkuti pada mulanya datang dari aceh selatan. Dari sana mereka kemudian turun ke mandailing godang dan mendirikan perkampungan mereka yang dinamakan runding. Versi lainnnya,rangkuti merupakan keturunan dari rangkuti,yang lari ke mandailing pada masa lampau,yaitu masa kesultanan aru.

2. Marga-Marga Mandailing

         Etnis mandailing hanya mengenal sekitar belasan marga,antara lain lubis,nasution,pulungan,batubara,parinduri,lintang,harahap,hasibuan(nasibuan) ,rambe,dalimunthe,rangkuti(ra kuti) ,tanjung,mardia,daulay,matondang,hutasuhut.
         Menurut abdoellah lubis,marga-marga di mandailing julu dan pakantan adalah seperti berikut: lubis(yang terbagi kepada lubis huta nopan dan lubis. singasoro),nasution,parinduri,batubara,matondang,daulay,nai monte,hasibuan,pulungan.Marga-marga di mandailing godang adalah nasutionyang terbagi kepada nasution. panyabungan,tambangan,borotan,lantat,jior,tonga,dolok,maga,pidoli,dan lain-lain. Lubis,hasibuan,harahap,batubara,matondang(keturunan hasibuan) ,rangkuti,mardia,parinduri,batu na bolon,pulungan,rambe,mengintir,nai monte,panggabean,tangga ambeng dan margara.(rangkuti,mardia dan parinduri asalnya satu marga).
        Menurut basyral hamidy harahap dan hotman m. siahaan,di angkola dan sipirok terdapat marga-marga pulungan,baumi,harahap,siregar,dalimunthe dan daulay. Di padang lawas,terdapat marga-marga harahap,siregar,hasibuan,daulay,dalimunte,pulungan,nasution dan lubis. Menurut basyral hamidy harahap dalam buku berjudul horja,marga-marga di mandailing babiat,dabuar,baumi,dalimunte,dasopang,daulae,dongoran,harahap,hasibuan,hutasuhut,lubis, ,parinduri,pasaribu,payung,pohan,pulungan,rambe,rangkuti,ritonga,sagala,simbolon,siregar,pane, nasution,tanjung.

                           :DALIHAN NA TOLU:

        Dalihan na tolu adalah fondasi budaya angkola-sipirok,padang-lawas dan mandailing,yang saat ini memerlukan pelestariannya sebelum terlambat walaupun gejala kepunaha sudah dapat dibaca sekarang ini. Pada dalihan na tolu terdapat 3 unsur,yaitu:
1. Kahanggi adalah kelompok yang mengayomi.
2. Anak boru adalah kelompok yang melaksanakan tugas.
3. Mora adalah kelompok yang dalam posisi penasehat.

Pada dalihan na tolu terdapat 109 nilai,yang diperas menjadi 9 nilai budaya utama,yaitu:
1. Kekerabatan,mencakup hubungan primordial,suku,kasih sayang atas dasar hubungan darah dan perkawinan.
2. Religi mencakup kehidupan beragama.
3. Hagabeon mencakup banyak anak sampai cucu serta panjang umur.
4. Hasangapon,kemuliaan,kewibawaan,kharisma.
5. Hamaraon mencakup kekayaan yang banyak tapi halal.
6. Hamajuon mencakup kemajuan dalam menuntut ilmu pengetahuan.
7. Hukum mencakup “ptik dan uhum’’ dalam rangka menegakkan kebenaran.
8. Pengayoman,nilainya lebih kecil dari 7 unsur lainnya,karena orang angkola-mandailing biasanya mandiri.
9. Konflik mencakup terjadi pertarungan kekuatan tentang masalah tanah dan warisan.

Post a Comment

Previous Post Next Post