Sejarah Marga Barus


Untuk teman-teman sekalian saya ingin membagi kepada teman skalian agar sejarah tentang suku-suku batak manapun tak terlupakan, jadi saya ingin membagi kepada teman sekalian semua cerita legenda tentang marga barus  dari suku batak KARO. 

Setiap marga dalam suku Karo mempunyai mitos tentang marganya masing-masing. Begitu juga dengan marga Barus. Jika kita berbicara tentang marga Barus, itu akan selalu dihubungkan dengan suatu daerah yang bernama Sipitu Kuta. Di tempat inilah marga Barus diyakini mulai berkembang.

              Munculnya marga Barus di tempat ini dihubungkan dengan sosok seorang manusia yang aneh dan mempunyai kekuatan magis yang cukup kuat. Namanya tidak pernah diketahui, tetapi sering disebut dengan sebutan Si Belang Cuping. Dia dipanggil dengan sebutan itu karena dia memiliki kedua daun kuping yang lebar dan panjang. Karena begitu panjang kupingnya, setiap kali hendak tidur dia menggunakan yang satu sebagai tikar dan yang lain sebagai selimut. Meski bentuk tubuhnya yang aneh, tetapi dia sungguh baik dan suka menolong orang lain dalam keadaan susah.
              Diceritakan juga bahwa Si Belang Cuping ini memiliki isteri yang adalah adiknya sendiri. Dia datang ke daerah Adjinembah karena diusir oleh orang tua dan orang-orang sedesanya. Si Belang Cuping dan isterinya merupakan anak angkat dari orang tuanya, karena anak kandung dari orang tuanya tidak ada. Pekerjaan mereka sekeluarga setiap hari mengumpulkan kapur barus.
               Menurut cerita, Si Belang Cuping ini mulai dikenal di daerah Karo ketika raja dari desa Adjinembah yang bermarga Ginting Munthe mengadakan pesta besar. Raja membuat pesta besar atas rumahnya megah yang dibangun oleh menantunya. Rumah itu disebut Rumah Sipitu Ruang. Tetapi, raja membuat kesalahan dalam pesta tersebut, maka dengan kesalahan raja itu, menantunya yang adalah seorang Umang (mahluk halus), membuat satu hukuman kepada raja. Umang dengan kekuatan magisnya menambah orang-orang untuk datang ke pesta itu. Setiap orang yang datang tidak sadar dan tidak bisa pulang. Ketika tamu-tamu keluar dari pintu yang satu, akan masuk dari pintu yang lain. Demikianlah terjadi beberapa hari lamanya. Kejadian ini membuat gelisah hati raja, karena persediaan makanan sudah mulai habis dan semua ternak sudah dipotong.
              Dalam kegelisahan raja ini, dia meminta supaya dicari orang untuk membantu dia memulangkan tamu-tamunya itu. Kemudian diusulkan seseorang yang mungkin dapat membantu raja untuk memulangkan tamu-tamunya. Kemudian dipanggillah orang yang dipercaya dapat membantu raja itu. Ternyata dia adalah Si Belang Cuping. Memang setelah dia membuat suatu ramuan yang dioleskan di kepala setiap tamu, mereka langsung sadar dan tahu jalan pulang ke rumah masing-masing. Atas  jasa dari Si Belang Cuping ini, raja dan semua rakyatnya memakai ramuan itu dengan nama Tepung Tawar. Ini dikenal dan dipakai sampai sekarang. Raja mengajak Si Belang Cuping untuk tinggal di desanya, tetapi dia menolaknya. Karena Si Belang Cuping menolak permintaan raja untuk tinggal di desa itu, raja mengangkat Si Belang Cuping menjadi Kalimbubu kuta Adjinembah, yang rajanya bermarga Ginting Munthe. Ini merupakan suatu kehormatan yang sungguh besar untuk pihak Si Belang Cuping.
              Tidak lama setelah kejadian itu, terjadi kemarau panjang di desa Adjinembah tersebut. Dengan kejadian ini, orang-orang menuduh bahwa itu terjadi karena Si Belang Cuping ada di daerah mereka yang telah kawin sumbang. Maka mereka mengusir Si Belang Cuping dari daerah mereka. Tapi, melihat penderitaan orang-orang di desa itu, sebelum pergi meninggalkan mereka, Si Belang Cuping mengatakan kepada raja supaya mereka harus melakukan upacara siram-siraman tanpa pantang adat. Upacara ini dikenal dengan Ersimbu. Setelah itu hujan pun turun. Raja hendak berterimakasih atas jasa Si Belang Cuping sekali lagi, tetapi dia sudah pergi. Dengan ini sampai sekarang bagi masyarakat Karo masih tetap dikenal upacara Ersimbu.
              Kemudian Si Belang Cuping pergi kesebuah daerah yang dikenal sekarang dengan nama Barus Julu. Namun dia tidak lama tinggal di tempat ini dan langsung pindah ke daerah Deli Hulu. Di sana dia mempunyai tiga orang anak laki-laki. Ketiga anaknya ini akhirnya pun merantau. Anak yang bungsu pergi ke darah Deli Hilir, yang akhirnya menjadi nenek moyang ketujuh Sinembah Deli dan Sinembah Serdang. Anaknya yang nomor dua menetap bersama Si Belang Cuping dan ibunya. Sedangkan yang sulung pergi ke Tanah Tinggi Karo yang akhirnya menjadi raja di daerah yang dikenal sekarang dengan nama Barus Jahe. Ketika Si Belang Cuping telah memiliki kekayaan, dia pergi ke Aceh untuk mencari kedudukan di sana. Di Aceh dia menikah dengan seorang perempuan dan mendapat seorang anak laki-laki. Dari anaknya ini semua keturunan Si Belang Cuping beragama Islam.
              Dari keturunan Si Belang Cuping yang sulung, yang tinggal di Barus Jahe tadi, akhirnya berkembang marga Barus yang paling dikenal sebagai penerus marga Barus terbesar di daerah Sumatra. Kelima marga Barus yang dikenal dan terbesar itu ialah, Barus Jambur Lige, Barus Rumah Beras, Barus Rumah Sigedang, Barus Pinto, dan Barus Siniring.

Komentar
              Cerita asal-usul marga Barus di atas masih sering diceritakan kepada setiap orang yang berasal dari keturunan yang bermarga Barus. Saya pun masih sempat mendengar cerita ini dari kakek saya beberapa kali. Dan cerita ini juga saya dengar dari seorang bapak yang bermarga Barus di daerah Tiga Juhar, Semenanjung Tanjung Hilir. Semua keturunan Barus meyakini bahwa Si Belang Cupinglah nenek moyang mereka, karena dari setiap generasi dikisahkan seperti itu.
              Dari kisah diatas terkandung nilai magis yang tetep diyakini hingga sekarang. Seperti ritual Ersimbu tersebut tetap dilakukan sebagai salah satu ritual pada musim kemarau oleh masyarakat Karo. Ritual ini diyakini berasal dari Si Belang Cuping kepada raja desa Adjinembah. Dengan ritual ini masyarakat percaya akan membawa hujan yang dinanti-nanti pada musim kemarau.
              Satu lagi yang tetap dipakai masyarakat Karo sampai saat ini ialah  Tepung Tawar. Ini merupakan satu makanan yang dibuat saat satu keluarga hendak memasuki rumah baru. Dengan membuat Tepung Tawar ada harapan keluarga akan tetap berada dalam keadaan tentram tanpa ada yang mengganggu. Keyakinan ini berasal dari cerita tentang Si Belang Cuping tersebut, ketika membebaskan tamu-tamu Raja Adjinembah pada pesta memasuki rumah barunya. Mereka bebas dari ilmu sihir Umang ketika ramuan yang diberikan Si Belang Cuping dioleskan kepada mereka, yakni Tepung Tawar.
              Dalam adat-istiadat Karo, hingga saat ini desa Adjinembah memberi satu tempat kehormatan kepada marga Barus dalam pesta adat tahunan mereka. Marga Barus menjadi Kalimbubu Kuta dalam acara desa tersebut. Kebiasaan ini terjadi diyakini berasal dari cerita tentang Si Belang Cuping dengan Raja Adjinembah tersebut yang mengangkatnya menjadi Kalimbubu Kuta desa Adjinembah. Sampai sekarang hanya marga Baruslah yang menempati kedudukan itu. Dan dari pihak Si Belang Cuping yang pernah tinggal di Barus Jahe, mengangkat marga Ginting Munthe menjadi Anak Beru Kuta desa Barus Jahe, sehingga sampai saat ini ada satu daerah di desa itu yang disebut Kesain Ginting Munthe.
              Inilah cerita tentang marga Barus yang diyakini dan dikisahkan sampai saat ini dikalangan keturunan Barus dan orang-orang Karo. Dari kisah tersebut ada juga beberapa unsur budaya yang dipertahankan dan diyakini seperti yang terdapat dalam kisah Si Belang Cuping tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post