Sejarah Marga Lubis

         Asal-Usul marga lubis yang akan dikemukakan dalam tulisan ini bukanlah merupakan hasil penelitian ilmiah. Ia hanya merupakan cerita atau legenda yang hidup turun temurun dlam masyarakat mandailing. Dan umumnya cerita atau legenda tersebut. Berbentuk lisan yang di tuturkan dari satu generasi ke genesari selanjutnya. Oleh karena itu cerita tersebut. Berkembang dengan berbagai variasi, tetapi pola dasarnya tetap sama. Memang demikianlah selalu keadaan cerita” lisan yang berupa legenda maupun mitos.

         Meskipun cerita tentang asal-usul marga lubis di Mandailing tidak didasarkan pada catatan sejarah yang didukung oleh bukti-bukti otentik, namun umumnya orang-orang Mandailing mempercayai kebenaran cerita tersebut. Memang demikianlah cirri utama suatu legenda. Ia dipercayai oleh pemiliknya sebagai sesuatu yang benar, meskipun tidak atau belum didukung oleh bukti” otentik. Malahan meskipun di dalamnya terkandung unsure-unsur yang tidak rasional.

       Terlepas dari benar tidaknya isi suatu legenda, dalamnya hal ini yang berkaitan dengan asal-usul marga lubis di Mandailing, ia sangat berguna untuk bahan penelitian. Dan ia berharga pula untuk diwarisi. Oleh karena itu perlu untuk dituliskan sebagai bahan dokumentasi.
Hatta, kata Sahibul hikayat, pada zaman dahulu, adalah seorang bugis yang bernama Daeng Malela. Pada suatu ketika sampailah ia di pulau sumatera bersama lascar Jawa yang datang melakukan serangan. Ada pula yang mengatakan bahwa daeng malela datang bersama lascar majapahit yang melakukan ekspansi ke sumatera.

       Dalam hubungan ini dapat dikemukakan bahwa Mpu prapanca menulis dalam kitabnya Negarakertagama bahwa Majapahit melakukan ekspansi ke melayu (Sumatera) sekitar tahun 1287 Caka (1365 M). Jadi kurang lebih 6 abad yang lalu, atau 620 tahun yang silam.
Kalau jumlah tahun itu di acukan kepada jumlah tahun setiap generasi yang terdapat di dalam silsilah atau “tarombo” marga lubis Mandailing, cukup logis kalau dikatakan bahwa Daeng Malela datang ke Sumatera bersama lascar Majapahit yang melakukan ekspansi yang menurunkan orang” bermarga Lubis di mandailing.
Sebagian silsilah atau “tarombo” marga Lubis di Mandailing yang diawali dengan tokoh Namora Pande Bosi (Daeng Malela) sampai tingkatan yang terakhir tlah mencapai 20 sampai 21 generasi, malahan ada yang jumlahnya 22 generasi. Satu generasi biasanya usianya diperhitungkan 25 tahun. Dengan demikian, maka berdasarkan perhitungan ini tokoh Daeng Malela yang kemudian dikenal sebagai Namora Pande Bosi muncul kurang lebih 550 tahun yang silam (22 x 25). Atau disekitar tahun 1400 sekian.

       Tentang tempat yang pertama didatangi oleh Daeng Malela ada bermacam-macam versi menurut cerita tentang Namora Pande Bosi (Daeng Malela). Ada yang emngatakan ia pertama kali tiba di aceh, kemudian ia mengembara ke daerah Toba, dan selanjutnya tiba di angkola Jae (Sigalangan). Disamping itu ada pula yang mengatakan ia pertama kali tiba di daerah Palembang (ingat petikan kakawinan Negarakertagama) kemudian ia mengembara di pantai timur Sumatera dan tiba di daerah toba. Dari sana ia meneruskan pengembaraannya dan tiba di Angkola Jae (Sigalangan).


Menurut keterangan Mangaraja Lelo Lubis didalam bukunya “Sopo Godang dan Salipi Mandailing”, Daeng Malela kawin di Toba dan mendapatkan seorang anak yang diberinya nama Si Tonggo Lubis. Keturunannyalah orang-orang  yang bermarga Lubis di Toba.

Post a Comment

Previous Post Next Post