Sejarah Marga Nasution
KISAH NENEK MOYANG MARGA NASUTION

Willem Iskandar, Penyair dan Pujangga besar keturunan Bagas Godang (Rumah Besar) Kerajaan Pidoli menulis dalam bukunya “Sibulus Bulus Sirumbuk Rumbuk” (1872, hal 37-40) tentang Sibaroar Nasakti nenek moyang Marga Nasution. Sejak dari zaman penjajahan Belanda buku ini telah dipakai sebagai buku bacaan Sekolah Dasar, tetapi pada masa akhir dari penjajahan pemerintah Hindia Belanda melarang peredaran buku tersebut dikarenakan isinya menanamkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme kepada para murid-muridnya di sekolah “Kweek Scool” di Tano Bato Kecamatan Panyabungan Selatan, Mandailing Natal.

Setelah anak tersebut berumur kurang lebih 4 tahun badannyapun tumbuh dan bekembang dan tampan, sebagaimana anak-anak lainnya. Bahkan anehnya, mirip pula dengan putra Sutan Pulungan yang berkebetulan sebaya dengannya. Tubuhnya yang gempal, wajahnya yang tampan serta penampilannya yang ramah dan sopan sehingga rakyat kerajaan Huta Bargot sering terkecoh. Orang banyak mengira Sibaroar adalah putera dari Sutan Pulungan, dan banyak pula yang menegurnya dengan panggilan hormat “Janami” (Yang Mulia). Mendengar panggilan tersebut Sutan Pulungan merasa tidak enak, seakan-akan Sibaroar yang didapat di hutan belantara itu adalah anak kandungnya. Hingga suatu saat, karena sering mendapat laporan dari para hulubalangnya tentang kebaikan hati dan penghormatan rakyat akan Sibaoar, terbitlah niat yang tidak baik Sutan Pulungan untuk melenyapkan nyawa Sibaroar, yang belum berdosa itu.
Setelah berfikir beberapa hari lamanya Sutan Pulungan mendapat akal, tetapi saying maksudnya tidak dikabulkan oleh Debata (Tuhan), malah sebaliknya membuat bencana bagi kerajaan itu. Mungkin karena kezalimannya Debata ingin memperlihatkan kekuasaan-Nya bagi orang orang yang berfikir.
KISAH TIANG SOPO GODANG
Sutan Pulungan mengundang tokoh-tokoh masyarakat untuk mengganti tiang tengah Sopo Godang (Balai pertemuan/ siding kerajaan). Yang kebetulan sudah lapuk dimakan rayap. Semua hadirin dabn rakyat kerajaan sudah barang tentu setuju dengan maksud Sutan Pulungan. Tetapi pengantian tiang Sopo Godang ini hanyalah siasat buruk Sutan Pulungan untuk melenyapkan nyawa Sibaroar. Sutan Pulungan memerintahkan kepala tukang, apabila nanti lobang tempat tiang besar nanti sudah digali, maka tolaklah lebih dahulu Sibaroar kedalam lobang tersebut, baru tiang besar itu dijatuhkan kedalam lobang.
Demikian dulu sejarah marga nasution, sekian dan terima kasih ... ^-^
Comments
Post a Comment